Nabi Muhammad saw. telah mengirim Dihyah bin Khalifah Al-Kalby sebagai utusan kepada Kaisar Heraklius. Dengan kecerdasan dan keluasan ilmunya Kaisar bisa mengetahui kebenaran kenabian Muhammad saw. Bahkan Kaisar menyatakan: "Dia (Nabi Muhammad saw.) kelak akan mampu menguasai wilayah yang dipijak oleh kedua kakiku ini." Sedang saat itu Kaisar sedang dalam perjalanan menuju Baitul Maqdis.
Berikut beberapa ciri kenabian yang disebutkan oleh Kaisar Heraklius dalam tanya jawabnya dengan Abu Sufyan.
Nasab
Para Rasul diutus dalam keadaan memiliki nasab-nasab yang baik pada kaumnya.
Ajaran baru
Tidak ada seorangpun sebelum dia yang mengatakan perkataan seperti itu (yakni ajaran Islam). Seandainya telah ada yang mengatakan sebelumnya, maka dia hanyalah orang yang meniru-niru perkataan yang pernah dikatakanoleh orang sebelumnya.
Perintah rasul
Rasul memerintahkan untuk beribadah kepada Allah, tidak melakukan kesyirikan kepada-Nya dengan sesuatupun, serta melarang untuk beribadah kepada para berhala. Rasul memerintahkan untuk mengerjakan shalat, membayar zakat, dan menjaga kehormatan diri.
Bukan keturunan raja
Tidak ada dari ayah dan kakek-kakeknya yang menjadi raja. Seandainya ada tentu dia hanya orang yang menginginkan tahta dari ayah dan kakeknya.
Bukan pendusta
Orang yang tidak meninggalkan tindakan dusta atas nama manusia, ia akan berdusta atas nama Allah.
Bukan penipu
Para rasul tidak pernah mneipu.
Pengikut
Pengikut para rasul adalah orang-orang lemah dan jumlah mereka terus bertambah. Tidak ada di antara pengikutnya yang murtad karena kesal dengan agamanya. Demikianlah keimanan ketika telah bercampur sifat kelapangannya dengan hati.
Kaisar Heraklius telah mengetahui tentang Nabi Muhammad saw. dan membenarkan kenabian beliau dengan pengetahuan yang lengkap. Akan tetapi ia dikalahkan rasa cintanya atas tahta kerajaan, sehingga ia tidak menyatakan keislamannya. Ia mengetahui dosa dirinya dan dosa dari rakyatnya sebagaimana dijelaskan Rasulullah saw.
Kaisar lalu memuliakan Dihyah bin Khalifah Al-Kalby dengan menghadiahkan sejumlah harta dan pakaian.
Sumber : Asy-Syaikh Shofiyyur-Rohman al-Mubarokfury, "Siroh Nabawiyah", 2006
Saturday, June 30, 2007
Subscribe to:
Posts (Atom)