Monday, January 8, 2007

Khalid bin Walid ( 2 )

Pada tulisan yang lalu telah kita ikuti kiprah Khalid bin Walid saat memimpin pasukan berkuda kaum musyrikin. Pada edisi kali ini akab kita ikuti kiprahnya setelah masuk Islam.

Setelah Perjanjian Hudaibiyyah, yang merupakan perjanjian damai antara kaum muslimin dengan orang-orang kafir Quraisy, kaum Muslimin untuk sesaat mendapatkan masa tenang. Kesempatan ini dipergunakan oleh Rosululloh saw untuk mengirimkan da'i dan surat ke berbagai negeri mengajak mereka untuk masuk Islam.

Di antara utusan itu terdapatlah Al-Harits bin 'Amir Al-Azdy ra. Beliau diutus untuk menyampaikan surat kepada Penguasa Negeri Bashra. Namun ketika sampai di daerah Mu'tah (masuk wilayah Al-Balqa', negeri di selatan Yordan) tiba-tiba beliau dihadang oleh Syarahbil bin 'Amr Al-Ghossany. Dipenggallah leher Al-Harits. Hal ini bisa diartikan sebagai pernyataan perang.

Ketika berita ini sampai kepada Rosululloh saw, sangat marahlah beliau saw, lalu menyiapkan pasukan yang terdiri atas 3.000 personil dan memerintahkan Zaid bin Haritsah untuk memimpinnya. Beliau saw lalu berkata :
"Jika Zaid terbunuh, maka Ja'far bin Abi Tholib sebagai penggantinya. Jika Ja'far terbunuh, maka 'Abdulloh bin Rowahan sebagai penggantinya."
Peristiwa ini terjadi pada bulan Jumadil Ula tahun ketujuh Hijriyyah.

Nabi saw mengantar pasukan hingga Tsaniyyatul-Wada', lalumelepasnya. Pasukan bergerak sampai di daerah Ma'an - yakni di sebelah selatan Negeri Yordan-. Selanjutnya sampailah berita bahwa Raja Heraklius telah tiba di daerah Ma'ab bersama 100.000 pasukan romawi dan ditambah lagi dengan pasukan bantuan dari kalangan "Arab (di sekitar Negeri Syam) sejumlah 100.000 orang, sehingga total 200.000 orang pasukan.

Maka pasukan muslimin bermusyawarah selama dua malam, apakah perlu untuk menuliskan situasi tersebut kepada Rosululloh saw dan meminta tambahan pasukan atau mereka terus maju ke medan pertempuran?

Namun Ibnu Rowahah kemudian membangkitkan keberanian mereka :
"Sesungguhnya apa yang kalian takutkan (yakni mati syahid) adalah apa yang sebenarnya kalian cari dalam kepergian kalian berperang. Dan kita tidaklah berperang karena jumlah, kekuatan dan bilangan pasukan yang banyak. Hanyalah kita berperang karena agama ini yang dengannya Allah telah memuliakan kita. Dan tidaklah hal itu melainkan salah satu dari dua kebaikan, yakni apakah kemenangan ataukan mati syahid."

Mereka berkata, "Benar demi Allah, Ibnu Rowahah ini."
Maka mereka bergerak maju mendatangi wilayah Mu'tah dan kemudian berlangsunglah satu peperangan sengit. Dengan perbedaan jumlah pasukan yang sangat besar tenyata pasukan gabungan Romawi tidak juga berhasil mengalahkan pasukan kaum Muslimin. Bendera kaum Muslimin dipegang oleh Zaid bin Haritsah yang terus berperang dan berperang hingga tertembus tombak musuh. Ia tersungkur jatuh dalam keadaan gugur sebagai syahid di jalan Allah.

Selanjutnya bendera dipegang oleh Ja'far bin Abi Tholib. Lalu ia berperang dan berperang. Hingga ketika peperangan berlangsung seru, iapun turun dari kudanyaAsy-Syaqro' lalu menyembelihnya. Kemudia ia kembali berperang hingga tertebas tangan kanannya. Lalu ia pegang bendera itu dengan tangan kirinya. Sehingga ia tetap bisa menegakkan bendera itu sampai akhirnya tertebas pula tangan kirinya itu. Maka ia mendekap bendera itu dengan kedua lengannya yang tersisa, sehingga bendera itu tetap berkibar di udara sampai ia gugur setelah mengalami lebih dari 70 luka karena tikaman dan tusukan yang seluruh lukanya itu terletak di sisi depan dari jasadnya.

'Abdulloh bin Rowahah mengambil alih bendera sebagai pemimpin pasukan dan bergerak maju. Iapun turun dari kudanya yakni Al-Ma'ma'ah. kemudian terus berperang hingga terbunuh sebagai syahid. Agar tidak tumbang bendera itu ditangkap oleh Tsabit bin Arqom lalu berteriak kepada kaum muslimin,"Pilihlah kalian seorang pemimpin!" Maka mereka memilih Khalid bin Walid dan dengan itu berpindahlah bendera itu kepadanya. Ia lalu berperang hingga mematahkan sembilan pedang musuh.

Sementara itu di Madinah, Rasululloh saw mengabarkan kepada para shahabatnya pada hari itu juga tentang gugurnya ketiga pimpinan pasukan kaum muslimin dan berpindahnya kepemimpinan kepada Khalid bin Walid. Beliau saw lalu menamainya Saifulloh (Pedang Allah).

Esok harinya Khalid mengatur strategi dengan mengubah struktur pasukan. Ia ubah pasukan yang berada di bagian belakang menjadi pasukan garis depan dan yang di depan menjadi bagian belakang. Pasukan yang berada di sisi kiri diubah menjadi di sisi kanan dan sebaliknya yang di kanan menjadi di sisi kiri. Maka musuh akan menyangka bahwa pasukan tambahan telah datang kepada kaum muslimin, sehingga perasaan takutpun menyelimuti mereka. Kemudian setelah terjadi pertempuran beberapa saat, Khalid memerintahkan pasukan kaum muslimin untuk bergerak mundur. Namun musuh tidak memiliki keberanian untuk mengejar karena khawatir terjebak siasat perang.

Kemudian pasukan kaum muslimin kembali ke Mu'tah dan tinggal di sana selama 7 hari memerangi musuh. Lalu kedua kubu saling menahan diri dan berakhirlah peperangan. Karena pasukan Romawi mengira bahwa pasukan bantuan terus menerus berdatangan kepada kaum muslimin. Selain itu kaum muslimin dianggap tengah bersiasat perang dengan memasang jebakan terhadap mereka untuk menggiring mereka ke dalam sebuah medan yang tidak memungkinkan mereka untuk lolos. Sehingga pihak Muslimin unggul dalam peperangan itu.

Sekarang mungkin kita menganggap sederhana strategi yang digelar oleh Khalid bin Walid. Tetapi pada masa itu, limabelas abad yang lalu, ini adalah strategi yang brilian. Apalagi dengan perimbangan pasukan yang sangat timpang, 3.000 pasukan Muslimin melawan 200.000 pasukan gabungan Romawi. Sejarah mencatat pasukan Romawi gagal menundukkan pasukan Muslimin.

Inilah peperangan pertama antara pasukan Muslimin melawan pasukan Romawi. Setelah ini terjadi lagi beberapa peperangan di antara keduanya. Di antaranya adalah pasukan di bawah komando Usamah bin Zaid yang dikirim menjelang wafatnya Rosululloh pada bulan Shafar tahun 11 Hijriyah. Rosululloh saw memanggil Usama dan berkata :
"Bergegaslah kamu menuju tempat terbunuhnya bapakmu, paculah kudamu ke tempat tersebut, aku serahkan pasukan kepadamu."

Dalam kurun waktu empat puluh hari perjalanan pulang pergi akhirnya mereka mendapatkan kemenangan yang gemilang. Pada saat itu usia Usamah belum genap 20 tahun.

Sumber :
Asy-Syaikh Shofiyyur-Rohman al-Mubarokfury, "Siroh Nabawiyah", 2006
Dr. Fadhl Ilahi, "Kisah kepahlawanan Para Shohabat Saat Wafatnya Rosululloh saw", 2006



Judul Asli :
Raudhoh Al-Anwar fi Sirah An-Nabiy Al-Mukhtar saw.
Penulis :
Asy-Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury
Penerbit :
Maktabah Dar Al-Fiha'
Edisi Indonesia :
Sirah Nabawiyyah
Taman Cahaya di Atas Cahaya Perjalanan Hidup Rasulullah saw.
Penerjemah :
Abu 'Abdir-Rahman Muhammad Daz bin Munir
Muraja'ah dan Ta'lid :
Abu Abdillah Afifuddin As-Sidawy

Editor :
Anang Fawzi, Ahmad Royyan
Cover dan Layout :
Ahmad Royyan
Cetakan Pertama :
Maret 2006
Penerbit :
Ash-Shaf Media, Tegal



Judul Asli :
Qishoh Ba'tsi Abi Bakr Jaisy Usamah ra.
Penulis :
Dr. Fadl Ilahi
Penerbit :
Muassasah Juraisy, Riyadh, Jeddah
Judul Indonesia :
Kisah Kepahlawanan Pasa Sahabat ra. saat wafatnya Rasulullah saw
Penerjemah :
Al-Ustadz Abu Affan Asasuddin
Editor :
Abu Ismail Muhammad Fathoni
Desain Kover :
Ahmad Royyan
Tata Letak :
Mitra Grafika Klaten
Cetakan Pertama :
Jumadil Ula 1427 H/Mei 2006
Penerbit :
Media Ahlus Sunnah, Purwokerto